Kerajaan Saba’: Sejarah, Kejayaan, dan Peninggalannya yang Menakjubkan

Kerajaan Saba' adalah salah satu kerajaan kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arab, terutama di wilayah yang kini menjadi bagian dari Yaman. Kejayaan kerajaan ini terekam dalam sejarah sebagai pusat perdagangan yang makmur, peradaban yang maju, serta memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. 

Berbagai sumber sejarah, termasuk prasasti kuno dan catatan dari sejarawan Yunani dan Romawi, menyebutkan kemakmuran dan kehebatan Kerajaan Saba'.

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai asal-usul, kejayaan, dan warisan yang ditinggalkan oleh Kerajaan Saba'.

1. Asal-Usul Kerajaan Saba'

Kerajaan Saba' diperkirakan berdiri sekitar abad ke-8 SM dan berkembang menjadi kekuatan utama di Arabia Selatan. Wilayahnya mencakup daerah yang sekarang dikenal sebagai Yaman, dengan ibu kota di Ma'rib. Menurut sejarawan Strabo, Saba' adalah "kekayaan Arabia" yang memiliki kota-kota besar dan sumber daya yang melimpah (Strabo, Geography, Book XVI, 4.2).

Menurut catatan sejarah, orang-orang Saba' merupakan bangsa yang sangat terorganisir, memiliki sistem administrasi yang maju, dan mengembangkan budaya serta peradaban yang sangat berkembang (Breton, Arabian Civilizations, 2000).

2. Sistem Pemerintahan dan Gelar Penguasa

Pada awalnya, penguasa Kerajaan Saba' disebut "Mukarrib", yang bertindak sebagai pemimpin religius dan politik. Seiring waktu, gelar ini berubah menjadi "Malik" atau raja. Pemerintahan Saba' bersifat monarki dan sangat terorganisir dengan baik. Sejarawan Arab klasik seperti Al-Hamdani menyebutkan bahwa raja-raja Saba' memiliki kekuasaan absolut dan menerapkan sistem birokrasi yang canggih (Al-Hamdani, Sifat Jazirat al-Arab, abad ke-10 M).

3. Kejayaan Ekonomi dan Jalur Perdagangan

Kerajaan Saba' dikenal sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan dunia Timur dan Barat. Mereka memperdagangkan barang berharga seperti kemenyan, mur, dan rempah-rempah yang sangat diminati di Mesir, Yunani, dan Romawi. Menurut Herodotus, bangsa Yunani sangat menghargai hasil bumi dari wilayah Saba' (Herodotus, Histories, Book III, 107).

Selain itu, Kerajaan Saba' mengendalikan Jalur Kemenyan, sebuah rute dagang yang menghubungkan Arab Selatan dengan Laut Tengah, India, dan Afrika (Smith, Ancient Trade Routes of the Arabian Peninsula, 1995).

4. Pembangunan Bendungan Ma'rib

Reruntuhan Kota Ma'rib
Ruins of Old Ma'rib

Salah satu pencapaian teknik terbesar Kerajaan Saba' adalah pembangunan Bendungan Ma'rib. Bendungan ini membantu mengairi lahan pertanian yang luas dan mendukung perekonomian kerajaan. Sejarawan Pliny the Elder dalam karyanya Natural History menyebutkan bahwa sistem irigasi Saba' adalah yang paling canggih di dunia Arab kuno (Pliny the Elder, Natural History, Book VI, 32).

Bendungan Ma'rib mampu bertahan selama berabad-abad dan menjadi sumber kemakmuran bagi kerajaan (Schmidt, Engineering Marvels of the Ancient World, 2002).

5. Struktur Sosial dan Budaya

Masyarakat Saba' terdiri dari berbagai suku dengan struktur sosial yang kompleks. Mereka memiliki hierarki sosial yang jelas, dengan raja dan pejabat tinggi di puncak, serta pedagang dan petani di bawahnya. Budaya mereka mencerminkan pengaruh dari berbagai peradaban yang mereka jalin hubungan dagang.

Menurut Al-Hamdani, masyarakat Saba' dikenal sebagai orang-orang yang mencintai seni, musik, dan sastra. Banyak prasasti yang ditemukan mengandung syair-syair dan kisah epik (Al-Hamdani, Sifat Jazirat al-Arab).

6. Bahasa dan Sistem Tulisan

Bahasa resmi yang digunakan di Kerajaan Saba' adalah bahasa Sabaean, yang ditulis menggunakan aksara Musnad. Banyak prasasti ditemukan dalam bahasa ini, mencerminkan tingkat literasi dan administrasi yang maju di kerajaan tersebut (Robin, Ancient South Arabian Scripts, 1996).

7. Agama dan Kepercayaan

Masyarakat Saba' menganut politeisme, dengan Almaqah sebagai dewa utama mereka. Berbagai kuil didirikan sebagai tempat pemujaan, dan agama memainkan peran penting dalam kehidupan politik serta sosial kerajaan. Sejarawan Romawi, Diodorus Siculus, mencatat bahwa kuil-kuil Saba' adalah yang paling megah di dunia Arab (Diodorus Siculus, Bibliotheca Historica, Book III, 47).

8. Hubungan dengan Ratu Saba'

Salah satu legenda terkenal yang berhubungan dengan Kerajaan Saba' adalah kisah Ratu Saba' yang disebut dalam Alkitab dan Al-Qur’an. Ia dikisahkan mengunjungi Raja Salomo di Yerusalem, membawa hadiah-hadiah berharga, dan terlibat dalam percakapan penuh hikmah (Alkitab, 1 Raja-raja 10:1-13; Al-Qur'an, Surah An-Naml: 22-44).

Menurut beberapa sejarawan Arab, Ratu Saba' yang dikenal sebagai Balqis adalah seorang penguasa yang bijaksana dan memiliki pengaruh besar dalam politik serta ekonomi kawasan Arab (Al-Tha'labi, Qisas al-Anbiya).

9. Runtuhnya Kerajaan Saba'

Kerajaan Saba' mengalami kemunduran sekitar abad ke-6 M. Salah satu penyebab utamanya adalah kerusakan Bendungan Ma'rib yang menyebabkan kegagalan sistem irigasi. Selain itu, perubahan jalur perdagangan dan invasi dari kerajaan lain turut mempercepat kehancuran kerajaan ini (Robin, The Decline of the Sabaean Kingdom, 2005).

Menurut catatan Ibnu Khaldun, kehancuran Kerajaan Saba' menyebabkan migrasi besar-besaran ke berbagai wilayah, termasuk Jazirah Arab dan Afrika Timur (Ibnu Khaldun, Muqaddimah, abad ke-14 M).

10. Peninggalan dan Warisan Arkeologis

Sisa-sisa Kerajaan Saba' masih dapat ditemukan di situs-situs seperti Ma'rib dan Sirwah. Peninggalan berupa kuil, prasasti, dan sistem irigasi menjadi bukti kejayaan peradaban ini. Banyak dari situs-situs ini masih menjadi objek penelitian arkeologi hingga saat ini (Avanzini, Sabaean Civilization and Archaeology, 2010).

Menurut studi yang diterbitkan oleh Journal of Arabian Studies, peninggalan Saba' memberikan wawasan penting mengenai peradaban Arab kuno dan teknologi yang mereka kuasai.

Kisah tentang Saba’ dalam Al-Qur’an disebutkan dalam Surah Saba' (34:15-19). Allah menceritakan tentang kaum Saba’ yang hidup dalam kemakmuran tetapi akhirnya dihancurkan karena kufur dan tidak bersyukur atas nikmat-Nya.

11. Kaum Saba'dalam Al Qur'an

1. Kejayaan Kaum Saba'

Allah menggambarkan negeri Saba’ sebagai tanah yang subur dan makmur, dengan dua kebun di kanan dan kiri. Mereka hidup dalam kesejahteraan karena anugerah dari Allah berupa tanah yang subur dan sistem irigasi yang canggih.

QS. Saba' (34:15)
"Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di kanan dan kiri. (Kepada mereka dikatakan), 'Makanlah olehmu dari rezeki Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.'"

Ayat ini menunjukkan bahwa Saba' adalah negeri yang diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah dan kehidupan yang damai.

2. Kehancuran Bendungan Ma'rib dan Azab dari Allah

Namun, kaum Saba’ tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan malah berpaling dari-Nya. Karena kedurhakaan mereka, Allah menimpakan azab berupa banjir besar (Sayl al-‘Arim) yang menghancurkan bendungan Ma'rib dan mengubah kebun-kebun subur mereka menjadi tanah tandus.

QS. Saba' (34:16)
"Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirimkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti dua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl, dan sedikit dari pohon Sidr."

Kejadian ini menyebabkan hancurnya perekonomian dan peradaban mereka, sehingga banyak dari mereka bermigrasi ke berbagai wilayah lain.

3. Perjalanan yang Diberkahi dan Kemalasan Mereka

Sebelum kehancuran, perjalanan dagang di negeri Saba’ sangat nyaman dan aman, karena kota-kota mereka terhubung dengan baik. Namun, mereka justru meminta agar jarak antara kota-kota itu diperjauh, sehingga mereka akhirnya harus menempuh perjalanan yang lebih sulit.

QS. Saba' (34:19)
"Tetapi mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami,' dan mereka menzalimi diri mereka sendiri, maka Kami jadikan mereka buah tutur (perbincangan) dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur."

Permintaan mereka mencerminkan ketidaksyukuran terhadap kemudahan yang Allah berikan, sehingga mereka dihukum dengan perpecahan dan kehancuran.

Kisah ini menjadi pelajaran bagi umat manusia tentang pentingnya bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan tidak menyia-nyiakan karunia yang telah diberikan.