Kisah Bai'at Aqabah Pertama dan Kedua : Perjanjian antara Nabi Muhammad dan Penduduk Yatsrib

Sejarah Islam mencatat banyak peristiwa penting yang menjadi tonggak utama dalam penyebaran dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Salah satu peristiwa paling krusial dalam perjalanan Islam adalah Bai'at Aqabah, yaitu dua perjanjian yang dilakukan antara Nabi Muhammad ﷺ dan sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah). 

Perjanjian Aqabah ini menjadi titik awal terbentuknya masyarakat Islam di Madinah dan membuka jalan bagi Hijrah—peristiwa besar yang menjadi awal penanggalan dalam kalender Islam.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang apa itu Bai'at Aqabah, siapa yang terlibat, isi perjanjiannya, perbedaannya, serta makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan merujuk pada berbagai sumber referensi untuk memperkaya pemahaman mengenai peristiwa bersejarah ini.

Pengertian Bai'at Aqabah

Bai'at Aqabah adalah perjanjian antara Nabi Muhammad ﷺ dan para penduduk Yatsrib (Madinah) yang beriman kepada Islam. Bai'at ini terjadi dalam dua tahap, yaitu Bai'at Aqabah Pertama pada tahun 621 M dan Bai'at Aqabah Kedua pada tahun 622 M. Perjanjian ini dilakukan di Aqabah, dekat Mina, Makkah, pada saat musim haji.

Menurut sejarawan Islam, Ibnu Hisyam dalam kitab Sirah Nabawiyah, Bai'at Aqabah merupakan komitmen kaum Anshar (penduduk Madinah) untuk menerima Islam dan bersedia membantu Rasulullah ﷺ dalam perjuangannya. Bai'at ini menjadi langkah awal terbentuknya negara Islam pertama di Madinah.

Nama Lain dari Bai'at Aqabah Kedua

Bai'at Aqabah Kedua juga dikenal dengan nama Bai'atul Harb atau Bai'at Perang. Nama ini diberikan karena dalam perjanjian ini kaum Muslimin Madinah tidak hanya berikrar untuk beriman, tetapi juga berjanji untuk melindungi Nabi Muhammad ﷺ dengan segala daya dan upaya, bahkan jika harus berperang melawan musuh Islam.

Kapan Perjanjian Aqabah Terjadi?

Bai'at Aqabah terjadi dalam dua tahap dengan waktu yang berbeda:

  • Bai'at Aqabah Pertama: Tahun 621 M (tahun ke-11 dari kenabian).
  • Bai'at Aqabah Kedua: Tahun 622 M (tahun ke-12 dari kenabian).

Setelah Bai'at Aqabah Kedua, Rasulullah ﷺ akhirnya memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah, yang menjadi langkah awal berdirinya komunitas Islam yang lebih kuat.

Siapa yang Terlibat dalam Bai'at Aqabah?

Bai'at ini dilakukan oleh penduduk Madinah dari suku Aus dan Khazraj, yang telah menerima dakwah Islam. Jumlah peserta pada setiap Bai'at adalah sebagai berikut:

1. Bai'at Aqabah Pertama (621 M)

Bai'at Aqabah Pertama diikuti oleh 12 orang dari suku Khazraj, yaitu:

  1. As'ad bin Zurarah

  2. Auf bin Harits

  3. Rafi' bin Malik

  4. Ubadah bin Shamit

  5. Dzakwan bin Abdul Qais

  6. Quthbah bin Amir

  7. Uqbah bin Amir

  8. Jabir bin Abdullah

  9. Abbas bin Ubadah

  10. Abu Haytsamah bin Tihan

  11. Yazin bin Tha’labah

  12. Sa’ad bin Rabi’

Mereka berikrar untuk beriman kepada Allah, meninggalkan dosa-dosa besar, dan menjalankan ajaran Islam.

2. Bai'at Aqabah Kedua (622 M)

Bai'at Aqabah Kedua diikuti oleh 75 orang, yang terdiri dari 73 laki-laki dan 2 wanita dari suku Aus dan Khazraj. Berikut adalah daftar nama mereka:

Laki-laki dari Suku Khazraj:

  1. As'ad bin Zurarah

  2. Sa’ad bin Rabi’

  3. Abdullah bin Rawahah

  4. Rafi’ bin Malik

  5. Abu al-Haytsam bin Tihan

  6. Ubadah bin Shamit

  7. Muadz bin Harits

  8. Auf bin Harits

  9. Thufail bin Nu’man

  10. Uwaym bin Sa’idah

  11. Salim bin Qais

  12. Amr bin Qais

  13. Yazid bin Tsa’labah

  14. Ziyad bin Labid

  15. Amr bin al-Jamuh

  16. Abdullah bin Amr bin Haram

  17. Muadz bin Jabal

  18. Al-Bara' bin Ma'rur

  19. Mas’ud bin Rabi’

  20. Abdurrahman bin Abdullah

  21. Sa’d bin ‘Ubadah

  22. Malik bin al-Khushub

  23. Abu Burdah bin Niyar

  24. Suwaid bin as-Samit

  25. Rafi’ bin Malik

  26. Jabir bin Abdullah

  27. Harithah bin Surakah

  28. Thabit bin Dahdah

  29. An-Nu’man bin Malik

  30. Abu Ayyub al-Anshari

  31. Abdullah bin Zubair

  32. Zubair bin ‘Atik

  33. Hilal bin Amr

  34. Sa’id bin Rabi’

  35. Abu Jabir bin Abdullah

  36. Yazid bin Tsa’labah

  37. Abdullah bin Qais

  38. Abdullah bin ‘Amr

  39. Sahl bin Rafi’

  40. Abu Dujanah Simak bin Kharasah

  41. Harith bin Aws

  42. Qais bin Sa’ad

  43. Zaid bin Tsabit

Laki-laki dari Suku Aus:

  1. Usaid bin Hudhair

  2. Sa’d bin Khaitsamah

  3. Sa’id bin Zaid

  4. Harith bin Aws

  5. Abu Sinan bin Mihsan

  6. Sa’d bin Khaulah

  7. Khalid bin Rafi’

  8. Hubab bin Munzir

  9. Muadz bin Afra’

  10. Muadz bin Jabal

  11. Ubadah bin Shamit

  12. Amir bin Ma’qal

  13. Malik bin Amr

  14. Abdurrahman bin Malik

  15. Al-Mundzir bin ‘Amr

  16. Amr bin Ma’di Karib

  17. Sa’id bin Ubadah

  18. Malik bin Dukhshum

  19. Abu Lubabah bin Abdul Mundzir

  20. Salim bin Umair

  21. Abdullah bin Tsa’labah

  22. Ka’ab bin Malik

  23. Zaid bin Al-Laits

  24. Harith bin Ma’qal

  25. Sa’id bin Khaitsamah

  26. Basyir bin Sa’ad

  27. Nu’man bin Basyir

  28. Yazid bin Harithah

  29. Harith bin Rafi’

  30. Muadz bin Rafi’

Dua Wanita yang Mengikuti Bai'at Aqabah Kedua:

  1. Nusaibah binti Ka'ab (Ummu ‘Ammarah)

  2. Asma binti Amr (Ummu Mani')

Dalam perjanjian ini, mereka tidak hanya berjanji untuk beriman tetapi juga untuk melindungi Rasulullah ﷺ seperti mereka melindungi keluarga mereka sendiri.


Isi Perjanjian Aqabah

1. Isi Bai'at Aqabah Pertama

Perjanjian ini lebih berfokus pada aspek keimanan dan moralitas. Poin-poin utama dari bai'at ini adalah:

  • Tidak menyekutukan Allah.
  • Tidak mencuri.
  • Tidak berzina.
  • Tidak membunuh anak-anak mereka.
  • Tidak berdusta.
  • Tidak mendurhakai Rasulullah ﷺ dalam perkara yang baik.

Menurut Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam buku Sirah Nabawiyah, Bai'at Aqabah Pertama menjadi dasar bagi pembentukan masyarakat Muslim yang berakhlak mulia sebelum mereka menerima tanggung jawab lebih besar.

2. Isi Bai'at Aqabah Kedua

Perjanjian ini memiliki komitmen yang lebih luas, termasuk aspek politik dan militer:

  • Taat kepada Rasulullah ﷺ dalam kondisi senang maupun sulit.
  • Menolong Islam dengan harta dan jiwa.
  • Menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.
  • Tidak takut terhadap celaan dalam membela agama.
  • Melindungi Rasulullah ﷺ dari bahaya, seperti mereka melindungi keluarga mereka.

Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah menyebutkan bahwa Bai'at Aqabah Kedua adalah awal dari terbentuknya negara Islam di Madinah.

Perbedaan Bai'at Aqabah 1 dan 2

Perbedaan antara Bai'at Aqabah Pertama dan Bai'at Aqabah Kedua dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Jumlah Peserta
    Bai'at Aqabah Pertama diikuti oleh 12 orang dari suku Khazraj, sedangkan Bai'at Aqabah Kedua diikuti oleh 75 orang, yang terdiri dari 73 laki-laki dan 2 wanita dari suku Aus dan Khazraj.

  2. Isi Perjanjian
    Dalam Bai'at Aqabah Pertama, para peserta hanya berjanji untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjauhi perbuatan syirik, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak berdusta, serta menaati perintah Rasulullah ﷺ dalam kebaikan. Bai'at ini lebih menekankan pada aspek keimanan dan akhlak.
    Sebaliknya, Bai'at Aqabah Kedua memiliki isi yang lebih luas dan mendalam. Selain mencakup janji keimanan seperti dalam Bai'at Aqabah Pertama, para peserta juga bersumpah untuk melindungi Rasulullah ﷺ sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka sendiri, bahkan jika harus berperang melawan musuh. Bai'at ini lebih menekankan pada komitmen politik dan militer dalam membela Islam.

  3. Dampak dan Konsekuensi
    Bai'at Aqabah Pertama menjadi langkah awal penyebaran Islam di Yatsrib (Madinah). Para peserta kembali ke kota mereka dan mulai berdakwah, yang akhirnya menyebabkan semakin banyak orang menerima Islam. Namun, belum ada kewajiban bagi mereka untuk melindungi Rasulullah ﷺ secara langsung.
    Bai'at Aqabah Kedua, di sisi lain, menjadi langkah penting menuju Hijrah Rasulullah ﷺ ke Madinah. Para peserta tidak hanya menerima Islam, tetapi juga siap berkorban dan berperang demi agama ini. Bai'at ini membuka jalan bagi terbentuknya Negara Islam di Madinah, yang kemudian menjadi pusat dakwah dan pemerintahan Islam.

  4. Tingkatan Komitmen
    Dalam Bai'at Aqabah Pertama, komitmen yang diberikan lebih kepada aspek spiritual dan moral, yakni menegakkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam Bai'at Aqabah Kedua, komitmen yang diambil jauh lebih besar, yaitu kesiapan untuk menghadapi ancaman dan melindungi Rasulullah ﷺ dengan nyawa mereka.

Makna dan Hikmah Bai'at Aqabah

Bai'at Aqabah memiliki banyak makna penting dalam sejarah Islam, di antaranya:

  1. Landasan Keimanan dan Akhlak

    • Bai'at Aqabah Pertama menunjukkan bahwa Islam menekankan pembentukan karakter sebelum membangun kekuatan politik.
  2. Komitmen dan Pengorbanan

    • Bai'at Aqabah Kedua mengajarkan bahwa membela Islam bukan hanya dengan iman, tetapi juga dengan tindakan nyata.
  3. Strategi Dakwah yang Cermat

    • Rasulullah ﷺ membangun keimanan dulu sebelum meminta dukungan militer.
  4. Pijakan Awal Hijrah dan Berdirinya Negara Islam

    • Perjanjian ini menjadi dasar bagi pembentukan Madinah sebagai pusat peradaban Islam.

Kesimpulan

Bai'at Aqabah adalah peristiwa kunci dalam sejarah Islam yang membuka jalan bagi terbentuknya masyarakat Islam di Madinah dan peristiwa Hijrah Nabi Muhammad ﷺ. Bai'at pertama lebih berfokus pada keimanan, sedangkan Bai'at kedua merupakan janji untuk memberikan perlindungan penuh kepada Nabi, termasuk dalam aspek militer.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (QS. At-Taubah: 111)

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Wallahu A'lam.