Apa itu Da'wah Sirriyah yang Dilakukan Rasulullah di Mekah ?

Dakwah Sirriyah atau dakwah secara rahasia adalah tahap awal penyebaran Islam oleh Nabi Muhammad ﷺ di Makkah. Pada periode ini, dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan hanya disampaikan kepada orang-orang terdekat yang dipercaya.

Ciri-Ciri Dakwah Sirriyah

  1. Dilakukan secara diam-diam – Nabi Muhammad ﷺ tidak secara terbuka menyeru masyarakat luas, tetapi menyampaikan ajaran Islam hanya kepada orang-orang tertentu.
  2. Fokus pada orang-orang terdekat – Dakwah awal diberikan kepada keluarga dan sahabat terdekat yang diyakini memiliki kesiapan untuk menerima Islam.
  3. Dilakukan di tempat yang aman – Salah satu tempat yang digunakan dalam dakwah sirriyah adalah rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam, yang menjadi pusat berkumpulnya para pengikut awal Islam.
  4. Tidak ada konfrontasi langsung – Pada tahap ini, Nabi Muhammad ﷺ menghindari konfrontasi dengan para pemimpin Quraisy yang masih kuat mempertahankan kepercayaan lama mereka.

Kenapa Harus Menggunakan Strategi Da'wah Sirriyah ?

Dakwah sirriyah (dakwah secara rahasia) dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ pada tahap awal penyebaran Islam di Makkah dengan beberapa alasan utama, yaitu:

1. Menghindari Perlawanan Keras dari Kaum Quraisy

Masyarakat Makkah pada saat itu sangat kuat dalam mempertahankan tradisi dan kepercayaan nenek moyang mereka yang menyembah berhala. Jika dakwah dilakukan secara terbuka sejak awal, kemungkinan besar akan langsung mendapatkan penolakan keras, penganiayaan, atau bahkan ancaman terhadap keselamatan Nabi dan para pengikutnya.

2. Membangun Fondasi Keimanan yang Kuat

Pada tahap awal, Nabi fokus mengajak orang-orang terdekat yang memiliki karakter baik dan mudah menerima kebenaran Islam. Dengan cara ini, beliau membentuk kelompok kecil yang memiliki keimanan kuat sebelum menghadapi masyarakat luas.

3. Menjaga Keselamatan Para Pengikut Awal

Para pengikut Islam di awal dakwah masih sangat sedikit dan belum memiliki kekuatan politik atau sosial yang cukup untuk melindungi diri. Oleh karena itu, dakwah dilakukan secara rahasia agar mereka tidak langsung menjadi sasaran kekerasan atau persekusi dari pemuka Quraisy.

4. Strategi Dakwah yang Efektif

Dakwah sirriyah memungkinkan Islam berkembang secara perlahan namun pasti. Dengan menyebarkan ajaran Islam secara pribadi dan kepada orang-orang terpercaya, Islam dapat diterima dengan lebih baik sebelum diumumkan kepada masyarakat luas.

5. Menghindari Konflik Internal dalam Keluarga dan Suku

Karena masyarakat Makkah saat itu sangat terikat dengan sistem kesukuan, mengajak seseorang masuk Islam secara terang-terangan bisa memicu konflik dalam keluarga dan sukunya. Dakwah rahasia membantu menghindari perpecahan besar di awal perkembangan Islam.

Tokoh-Tokoh yang Masuk Islam dalam Dakwah Sirriyah

Beberapa orang pertama yang menerima Islam dalam fase dakwah rahasia ini antara lain:

  1. Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi)
  2. Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi)
  3. Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Nabi)
  4. Zaid bin Haritsah (anak angkat Nabi)
  5. Utsman bin Affan
  6. Zubair bin Awwam
  7. Sa’ad bin Abi Waqqas
  8. Abdurrahman bin Auf
  9. Thalhah bin Ubaidillah

Lama dan Akhir Dakwah Sirriyah

Dakwah sirriyah berlangsung selama sekitar 3 tahun, sebelum Nabi Muhammad ﷺ menerima perintah untuk berdakwah secara terbuka (jahriyah). Setelah jumlah pengikut Islam bertambah, Nabi mulai menyampaikan dakwah secara terang-terangan kepada masyarakat Makkah.

Hikmah Da'wah Sirriyah

Dakwah Sirriyah (dakwah secara rahasia) memiliki banyak hikmah dan pelajaran berharga yang dapat dipetik, baik dalam konteks penyebaran Islam maupun dalam kehidupan secara umum. Berikut adalah beberapa hikmah dari dakwah sirriyah:

1. Pentingnya Strategi dalam Berdakwah

Dakwah sirriyah menunjukkan bahwa menyebarkan kebaikan harus dilakukan dengan strategi yang tepat. Tidak selalu harus dilakukan secara terbuka sejak awal, tetapi bisa dimulai secara bertahap agar pesan dapat diterima dengan lebih baik.

2. Kesabaran dalam Menyebarkan Kebaikan

Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat menghadapi berbagai tantangan dalam dakwah, namun mereka tetap bersabar dan istiqamah dalam menyebarkan Islam. Ini mengajarkan bahwa perubahan besar membutuhkan waktu dan ketekunan.

3. Pentingnya Membangun Fondasi Keimanan yang Kuat

Dalam dakwah sirriyah, Nabi terlebih dahulu mengajak orang-orang terdekat yang memiliki karakter baik dan potensi menjadi pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa membangun komunitas yang kuat dari dalam sangat penting sebelum menghadapi tantangan yang lebih besar.

4. Menjaga Keselamatan Diri dan Pengikut

Islam mengajarkan bahwa menjaga keselamatan diri adalah bagian dari kebijaksanaan. Dakwah sirriyah dilakukan untuk melindungi para pengikut awal Islam dari ancaman kaum Quraisy sebelum mereka siap menghadapi tantangan yang lebih besar.

5. Pentingnya Kebersamaan dan Solidaritas

Para sahabat awal yang masuk Islam dalam fase sirriyah memiliki ikatan persaudaraan yang kuat karena mereka menghadapi tantangan bersama. Ini menunjukkan bahwa sebuah perjuangan akan lebih kuat jika dilakukan dengan kebersamaan.

6. Mengutamakan Kualitas daripada Kuantitas

Alih-alih mencari banyak pengikut dalam waktu singkat, Nabi lebih mengutamakan kualitas keimanan para pengikut awal. Ini mengajarkan bahwa keberhasilan suatu perjuangan bukan hanya diukur dari jumlah pengikut, tetapi juga dari keteguhan dan komitmen mereka terhadap prinsip yang diyakini.

7. Kesadaran Akan Risiko dalam Perjuangan

Dakwah sirriyah mengajarkan bahwa dalam menyebarkan kebaikan atau suatu kebenaran, akan selalu ada tantangan dan risiko. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan mental, keberanian, dan kebijaksanaan dalam menghadapinya.

Dakwah sirriyah bukan sekadar strategi awal dalam penyebaran Islam, tetapi juga memberikan banyak pelajaran tentang kesabaran, kebijaksanaan, dan pentingnya membangun fondasi yang kuat sebelum melakukan perubahan besar. Hal ini relevan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kepemimpinan, organisasi, dan penyebaran nilai-nilai kebaikan.

Daftar Pustaka

  • Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. Ar-Raheeq Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018.
  • Al-Buthy, Said Ramadhan. Fiqh Sirah Nabawiyah. Jakarta: Rabbani Press, 2019.
  • Azami, Muhammad Mustafa. Sejarah Teks Al-Qur'an: Dari Wahyu Hingga Kompilasi. Jakarta: Gema Insani, 2005.
  • Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera AntarNusa, 2002.
  • Shalih, Muhammad. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
  • Quraish Shihab, M. Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Qur'an dan Hadis-hadis Shahih. Jakarta: Lentera Hati, 2018.
  • Ibn Katsir. Al-Bidayah wa An-Nihayah (Sejarah Lengkap Nabi Muhammad). Jakarta: Pustaka Azzam, 2017.
  • Rahman, Fazlur. Islam (Terjemahan). Bandung: Mizan, 1997.
  • Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2019.